Rabu, 13 Mei 2009

Pembuatan Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput- rumputan/ leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air 20-30%. Pembuatan hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau. Ada 2 metode pembuatan hay yang dapat diterapkan yaitu:

1) Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).

2) Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air: 50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
Pembuatan hay merupakan pengeringan atau tindakan yang dikerjakan untuk mengurangi kadar air sampai sekitar 20% agar hijauan ransum tahan lama disimpan. Biasanya dilakukan pada rumput atau tanaman biji-bijian. Hay adalah hijauan yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar dapat disimpan lama sebagai cadangan ransum pada saat musim paceklik. Kerusakan – kerusakan pada hay selama proses pengeringan, karena :
1.Terjadi respirasi pada tanaman yang baru dipanen / diproses
hujan sehingga kadar air tinggi menyebabkan nutrient larut dan atau ditumbuhi jamur. Pembuatan hay pada musim hujan penurunan kualitas 36%, pada musim kemarau 10%.
2.Pada proses pengeringan terjadi perubahan zat-zat makanan seperti vitamin c dan karoten menjadi terurai, namun kandungan vitamin D bertambah.
3.kerontokan dan hancurnya material hay karena pengeringan.

Pengaruh lain yang menentukan kualitas hay :
1.Waktu defoliasi sebaiknya tepat pada saat menjelang berbunga
2.Varietas rumput atau hijauan
3.jarak tanam lebih dekat batang dan daun lebih halus dan banyak
4.tanah dan pemupukan
5.cara penyimpanan bebas air, api dan jamur

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara yang paling mudah dan murah. Prinsip yang harus diperhatikan adalah diusahakan hijauan lekas kering dengan sinar matahari. Caranya adalah sebagai berikut :
1.menghamparkan hijauan setipis mungkin di lantai dibolak-balik
2.menjemur diatas para-para, udara dari 2 sisi (atas bawah)
3.menjemur pada tempat khusus dengan rongga-rongga udara tertentu, sehingga memperbesar dan mempercepat penguapan.

Minggu, 10 Mei 2009

pembuatan Silase

Pada musim penghujan hijauan pakan, limbah pertanian dan limbah perkebunan melimpah produksinya, sehingga pada musim penghujan ini terjadi surplus hijauan pakan. Pada musim penghujan hijauan pakan dapat diawetkan dalam bentuk silase (Rukmana, 2001). Widyati et al (1985) menyebutkan manfaat silase adalah untuk mengatasi panen yang berlebih di musim penghujan dan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan (www. ristek. go. id, 2000).

Prinsip utama pembuatan silase adalah :

1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.

2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi

kedap udara.

3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35ยบ dan pH 4,2 – 4,8 menghasilkan silase dengan kualitas yang baik. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa bahan aditif sengaja ditambahkan dalam pembuatan silase untuk menstimulasi fermentasi, karena dengan penambahan bahan aditif baik berupa bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida) maupun bahan sumber karbohidrat (misal : tetes 3%, dedak halus 5%, menir 3,5%, onggok 3%) akan tercipta suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan hijauan pakan dipotong-potong adalah untuk memperoleh pemadatan yang baik sehingga memperkecil kantong udara dan memperoleh keadaan hampa udara. silo yang tidak rapat menyebabkan tumbuhnya jamur.

Silase yang baik dapat diketahui melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik antara lain :

1. mempunyai tekstur segar

2. berwarna kehijau-hijauan

3. tidak berbau

4. disukai ternak

5. tidak berjamur

6. tidak menggumpal


Pengujian secara kimiawi dilakukan dengan cara menganalisa bahan pakan tersebut di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat yang meliputi analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar sedangkan pengujian secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan ternak sebagai percobaan.

Beberapa metode dalam pembuatan silase:

1. Metode Pemotongan

- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm

- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik

- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)

- Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:

- asam organik: 4-6 kg

- molases/tetes: 40 kg

- garam : 30 kg

- dedak padi: 40 kg

- menir: 35 kg

- onggok: 30 kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan

* Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%).

* Lakukan seperti metode pemotongan

Rabu, 06 Mei 2009

Kandungan Telur Asin

Tidak tepat mengaitkan telur asin dengan penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, kecuali jika kita mengonsumsinya terus-menerus dan dalam jumlah banyak. Karena mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral lengkap, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi hingga lansia.


Telur merupakan hasil ternak yang mempunyai andil besar dalam mengatasi masalah gizi yang terjadi di masyarakat.


Hal ini dimungkinkan karena telur sarat akan zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan yang sehat. Zat-zat gizi yang ada pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Itulah sebabnya telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh-kembang, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, serta para lansia (lanjut usia). Dengan kata lain, telur cocok untuk semua kelompok umur dari segala lapisan masyarakat.


Telur yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia umumnya berasal dari unggas yang diternakkan. Jenis yang paling banyak dikonsumsi adalah telur ayam, itik (bebek), dan puyuh. Telur penyu, kalkun, angsa, merpati, dan telur unggas peliharaan lainnya belum maksimal dimanfaatkan karena produksinya sedikit.


Bobot dan ukuran telur itik rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur ayam. Warna kulit telurnya agak biru muda terutama pada itik Jawa seperti yang terdapat di Karawang, Tegal, Magelang, dan Mojosari. Warna kulit itik Bali, Albino putih, dan itik Manila (entog) putih agak kemerah-merahan.


Karena bau amisnya yang tajam, penggunaan telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telur asin.


Proses Pembuatan


Sejak zaman dulu masyarakat kita telah mengenal pengasinan sebagai salah satu upaya untuk mengawetkan telur (memperpanjang masa simpan), membuang rasa amis (terutama telur itik), dan menciptakan rasa yang khas. Berdasarkan proses pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh atau menggunakan adonannya. Adonan garam merupakan campuran antara garam, abu gosok, serbuk bata merah, dan kadang-kadang sedikit kapur.


Pembuatan telur asin dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh sangat mudah dan praktis. Mula-mula telur diamplas untuk membuka pori-pori kulitnya, sehingga pada saat perendaman akan mudah menyerap garam.


Larutan garam disiapkan dengan cara mencampur air dan garam dapur sampai jenuh. Artinya, air tidak mampu lagi melarutkan garam. Keunggulan pembuatan telur asin dengan cara ini adalah prosesnya lebih singkat, meski kualitas telur asin yang dihasilkan kurang bagus.


Cara pembuatan dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa yang lebih enak, tapi prosesnya lebih rumit. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.


Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor(Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan selera masyarakat yang akan mengonsumsinya.


Nilai Gizi


Sebagai bahan makanan, telur mempunyai beberapa kelebihan. Telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh, serta dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan.


Dalam telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur, 17 persen, sedangkan bagian putihnya 11 persen. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.


Pada suatu penelitian dengan menggunakan tikus percobaan, diketahui bahwa telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak.


Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.


Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.