Minggu, 10 Mei 2009

pembuatan Silase

Pada musim penghujan hijauan pakan, limbah pertanian dan limbah perkebunan melimpah produksinya, sehingga pada musim penghujan ini terjadi surplus hijauan pakan. Pada musim penghujan hijauan pakan dapat diawetkan dalam bentuk silase (Rukmana, 2001). Widyati et al (1985) menyebutkan manfaat silase adalah untuk mengatasi panen yang berlebih di musim penghujan dan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan (www. ristek. go. id, 2000).

Prinsip utama pembuatan silase adalah :

1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.

2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi

kedap udara.

3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35ยบ dan pH 4,2 – 4,8 menghasilkan silase dengan kualitas yang baik. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa bahan aditif sengaja ditambahkan dalam pembuatan silase untuk menstimulasi fermentasi, karena dengan penambahan bahan aditif baik berupa bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida) maupun bahan sumber karbohidrat (misal : tetes 3%, dedak halus 5%, menir 3,5%, onggok 3%) akan tercipta suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan hijauan pakan dipotong-potong adalah untuk memperoleh pemadatan yang baik sehingga memperkecil kantong udara dan memperoleh keadaan hampa udara. silo yang tidak rapat menyebabkan tumbuhnya jamur.

Silase yang baik dapat diketahui melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik antara lain :

1. mempunyai tekstur segar

2. berwarna kehijau-hijauan

3. tidak berbau

4. disukai ternak

5. tidak berjamur

6. tidak menggumpal


Pengujian secara kimiawi dilakukan dengan cara menganalisa bahan pakan tersebut di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat yang meliputi analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar sedangkan pengujian secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan ternak sebagai percobaan.

Beberapa metode dalam pembuatan silase:

1. Metode Pemotongan

- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm

- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik

- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)

- Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:

- asam organik: 4-6 kg

- molases/tetes: 40 kg

- garam : 30 kg

- dedak padi: 40 kg

- menir: 35 kg

- onggok: 30 kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan

* Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%).

* Lakukan seperti metode pemotongan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar