Kamis, 16 Juli 2009

Beberapa Manfaat Susu Sapi


Khasiat susu sapi ternyata banyak sekali. Susu yang banyak digemari anak-anak ini disebut juga darah putih bagi tubuh karena mengandung banyak vitamin dan berbagai macam asam amino yang baik bagi kesehatan tubuh. Dalam segelas susu terdapat antara lain:

1. Potasium, yang menggerakkan dinding pembuluh darah agar tetap stabil, menghindarkan Anda dari penyakit darah tinggi dan jantung.

2. Zat besi, mempertahankan kulit tetap bersinar.

3. Tyrosine, mendorong hormon kegembiraan dan membuat tidur lebih nyenyak.

4. Kalsium, menguatkan tulang.

5. Magnesium, menguatkan jantung dan sistem saraf sehingga tidak mudah lelah.

6. Yodium, meningkatkan kerja otak besar.

7. Seng, menyembuhkan luka dengan cepat.

8. Vitamin B2, meningkatkan ketajaman penglihatan.

Minggu, 21 Juni 2009

GRASS (RUMPUT)

Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
Rumput merupakan sumber serat kasar yang berguna untuk untuk menggertak saluran pencernaan dan mengenyangkan ternak. Rumput merupakan hijauan salah satu sumber daya lokal yang berada disekitar peternakan khususnya bagi peternak yang mempunyai permasalahan perluasan pemukiman dan industrialisasi. Sebagai contoh para peternak sapi perah di Boyolali menanam rumput gajah, rumput benggala dan rumput raja.

Rumput yang digunakan sebagai pakan ternak sebaiknya :
Mempunyai palatabilitas yang baik.
Dipanen pada umur yang relatif tidak terlalu tua (saat sebelum berbunga) untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi.
Berwarna hijau
Daun halus, merunduk, melengkung dan mudah rebah
Batang lebih gemuk, mengkilap dan jika ditekan mengeluarkan cairan
Ditanam pada tanah yang subur

Terdapat 2 jenis rumput untuk pakan ternak yaitu :
1. Rumput potongan
Ciri-ciri rumput potong yaitu : produksi/satuan luas tinggi, tumbuh tinggi, vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pupuk. Contoh rumput potongan antara lain: Pennisetum purpureum, Pennisetum purpupoides, Panicum maximum, Setaria sphacelata, Euclaena mexicana.

2. Rumput gembala
Ciri-ciri rumput potong yaitu : tumbuh mendatar/vertikal rendah, tahan renggut dan injakan, tumbuh dengan cepat dan tahan kekeringan. Contoh rumput gembala antara lain : Brachiaria brizantha, B. ruziziensis, B. mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Cloris gayana, Cynodon plectostachyus, Cenchrus ciliaris.

Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan rumput potong sebagai hijauan utama pakan ternak. Rumput potong biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Selain itu rumput potong juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik. Berbeda dengan rumput gembala, rumput disengut langsung oleh ternak pada saat digembalakan. Pemeliharaan rumput dilakukan dengan cara mengatur waktu grazing ternak agar tidak terjadi overgrazing dan memberikan waktu rumput untuk regrowth (Parakkasi, 1999).

Berikut penjelasan mengenai rumput gajah sebagai jenis hijauan pakan utama yang dikembangkan di Indonesia

Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek; helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing. Kultivar rumput gajah tersebut adalah King Grass (P. purpureum cv. King Grass), Taiwan (P. purpureum cv. Taiwan), Hawaii (P. purpureum cv. Hawaii) dan Africa (P. purpureum cv. Africa).

DAFTAR PUSTAKA
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Rabu, 13 Mei 2009

Pembuatan Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput- rumputan/ leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air 20-30%. Pembuatan hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau. Ada 2 metode pembuatan hay yang dapat diterapkan yaitu:

1) Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).

2) Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air: 50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
Pembuatan hay merupakan pengeringan atau tindakan yang dikerjakan untuk mengurangi kadar air sampai sekitar 20% agar hijauan ransum tahan lama disimpan. Biasanya dilakukan pada rumput atau tanaman biji-bijian. Hay adalah hijauan yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar dapat disimpan lama sebagai cadangan ransum pada saat musim paceklik. Kerusakan – kerusakan pada hay selama proses pengeringan, karena :
1.Terjadi respirasi pada tanaman yang baru dipanen / diproses
hujan sehingga kadar air tinggi menyebabkan nutrient larut dan atau ditumbuhi jamur. Pembuatan hay pada musim hujan penurunan kualitas 36%, pada musim kemarau 10%.
2.Pada proses pengeringan terjadi perubahan zat-zat makanan seperti vitamin c dan karoten menjadi terurai, namun kandungan vitamin D bertambah.
3.kerontokan dan hancurnya material hay karena pengeringan.

Pengaruh lain yang menentukan kualitas hay :
1.Waktu defoliasi sebaiknya tepat pada saat menjelang berbunga
2.Varietas rumput atau hijauan
3.jarak tanam lebih dekat batang dan daun lebih halus dan banyak
4.tanah dan pemupukan
5.cara penyimpanan bebas air, api dan jamur

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara yang paling mudah dan murah. Prinsip yang harus diperhatikan adalah diusahakan hijauan lekas kering dengan sinar matahari. Caranya adalah sebagai berikut :
1.menghamparkan hijauan setipis mungkin di lantai dibolak-balik
2.menjemur diatas para-para, udara dari 2 sisi (atas bawah)
3.menjemur pada tempat khusus dengan rongga-rongga udara tertentu, sehingga memperbesar dan mempercepat penguapan.

Minggu, 10 Mei 2009

pembuatan Silase

Pada musim penghujan hijauan pakan, limbah pertanian dan limbah perkebunan melimpah produksinya, sehingga pada musim penghujan ini terjadi surplus hijauan pakan. Pada musim penghujan hijauan pakan dapat diawetkan dalam bentuk silase (Rukmana, 2001). Widyati et al (1985) menyebutkan manfaat silase adalah untuk mengatasi panen yang berlebih di musim penghujan dan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan (www. ristek. go. id, 2000).

Prinsip utama pembuatan silase adalah :

1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.

2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi

kedap udara.

3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35ยบ dan pH 4,2 – 4,8 menghasilkan silase dengan kualitas yang baik. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa bahan aditif sengaja ditambahkan dalam pembuatan silase untuk menstimulasi fermentasi, karena dengan penambahan bahan aditif baik berupa bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida) maupun bahan sumber karbohidrat (misal : tetes 3%, dedak halus 5%, menir 3,5%, onggok 3%) akan tercipta suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan hijauan pakan dipotong-potong adalah untuk memperoleh pemadatan yang baik sehingga memperkecil kantong udara dan memperoleh keadaan hampa udara. silo yang tidak rapat menyebabkan tumbuhnya jamur.

Silase yang baik dapat diketahui melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik antara lain :

1. mempunyai tekstur segar

2. berwarna kehijau-hijauan

3. tidak berbau

4. disukai ternak

5. tidak berjamur

6. tidak menggumpal


Pengujian secara kimiawi dilakukan dengan cara menganalisa bahan pakan tersebut di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat yang meliputi analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar sedangkan pengujian secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan ternak sebagai percobaan.

Beberapa metode dalam pembuatan silase:

1. Metode Pemotongan

- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm

- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik

- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)

- Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:

- asam organik: 4-6 kg

- molases/tetes: 40 kg

- garam : 30 kg

- dedak padi: 40 kg

- menir: 35 kg

- onggok: 30 kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan

* Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%).

* Lakukan seperti metode pemotongan

Rabu, 06 Mei 2009

Kandungan Telur Asin

Tidak tepat mengaitkan telur asin dengan penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, kecuali jika kita mengonsumsinya terus-menerus dan dalam jumlah banyak. Karena mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral lengkap, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi hingga lansia.


Telur merupakan hasil ternak yang mempunyai andil besar dalam mengatasi masalah gizi yang terjadi di masyarakat.


Hal ini dimungkinkan karena telur sarat akan zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan yang sehat. Zat-zat gizi yang ada pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Itulah sebabnya telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh-kembang, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, serta para lansia (lanjut usia). Dengan kata lain, telur cocok untuk semua kelompok umur dari segala lapisan masyarakat.


Telur yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia umumnya berasal dari unggas yang diternakkan. Jenis yang paling banyak dikonsumsi adalah telur ayam, itik (bebek), dan puyuh. Telur penyu, kalkun, angsa, merpati, dan telur unggas peliharaan lainnya belum maksimal dimanfaatkan karena produksinya sedikit.


Bobot dan ukuran telur itik rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur ayam. Warna kulit telurnya agak biru muda terutama pada itik Jawa seperti yang terdapat di Karawang, Tegal, Magelang, dan Mojosari. Warna kulit itik Bali, Albino putih, dan itik Manila (entog) putih agak kemerah-merahan.


Karena bau amisnya yang tajam, penggunaan telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telur asin.


Proses Pembuatan


Sejak zaman dulu masyarakat kita telah mengenal pengasinan sebagai salah satu upaya untuk mengawetkan telur (memperpanjang masa simpan), membuang rasa amis (terutama telur itik), dan menciptakan rasa yang khas. Berdasarkan proses pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh atau menggunakan adonannya. Adonan garam merupakan campuran antara garam, abu gosok, serbuk bata merah, dan kadang-kadang sedikit kapur.


Pembuatan telur asin dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh sangat mudah dan praktis. Mula-mula telur diamplas untuk membuka pori-pori kulitnya, sehingga pada saat perendaman akan mudah menyerap garam.


Larutan garam disiapkan dengan cara mencampur air dan garam dapur sampai jenuh. Artinya, air tidak mampu lagi melarutkan garam. Keunggulan pembuatan telur asin dengan cara ini adalah prosesnya lebih singkat, meski kualitas telur asin yang dihasilkan kurang bagus.


Cara pembuatan dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa yang lebih enak, tapi prosesnya lebih rumit. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.


Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor(Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan selera masyarakat yang akan mengonsumsinya.


Nilai Gizi


Sebagai bahan makanan, telur mempunyai beberapa kelebihan. Telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh, serta dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan.


Dalam telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur, 17 persen, sedangkan bagian putihnya 11 persen. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.


Pada suatu penelitian dengan menggunakan tikus percobaan, diketahui bahwa telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak.


Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.


Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.

Selasa, 14 April 2009

GUMBORO, VAKSIN DAN KEKEBALAN

“Apakah ada vaksin (maksudnya: Vaksin Gumboro) yang tangguh menjadi benteng sebenarnya?” ujar Durrahman, seorang peternak ayam potong di kawasan pegunungan seribu Wonosari Yogyakarta.

Memang cukup beralasan keluhan yang bernada pertanyaan itu disampaikan Durrahman itu kepada Infovet yang ditemui di kandangnya yang relatif besar. Lokasi kandang sebenarnya cukup panas karena pepohonan meranggas di mana daun-daun pohon besar yang biasa melindungi itu rontok jika memasuki awal musim kemarau.

Sebenarnya lokasi kandang itu berada di kawasan yang kurang ideal, sekadar untuk tidak mengatakan tidak memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan ayam potong. Aspek suhu lingkungan yang panas dan juga volume cadangan air sangat terbatas bagi usaha peternakan adalah contohnya.

Namun demikian kondisi yang sangat minimalis itu tetap tidak menyurutkan niat dan tekad Durrahman untuk berusaha menekuni usaha itu. Meski baru berjalan sekitar 3-4 tahun, namun jika dilihat dari perkembangan tingkat kesejahteraan keluarganya, maka Durrahman termasuk cukup berhasil.

“Saya mencoba menentang arus dan melawan sebagian besar pendapat para praktisi perunggasan bahwa kawasan usaha saya tidak cocok sebagai tempat beternak ayam potong,” tuturnya.

Mantan pekerja kandang ayam di Bogor yang kembali ke desanya itu mencoba usaha itu di desanya oleh karena aset yang dimiliki dan ketrampilan hanya itu.

Selepas dari Bogor meneguhkan minat dan tekadnya untuk menjadi peternak mandiri skala kecil-kecilan.

Oleh karena lokasi tempat tinggalnya yang merupakan aset utama berada di pegunungan gersang setiap kali musim kemarau menjelang, dicoba untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Ketika ditanyakan kendala dan hambatan untuk mengembangkan lebih besar usahanya disamping kesulitan mendapatkan lahan yang luas dan jauh dari pemukiman penduduk juga karena ada salah satu penyakit yang selama ini masih dianggap sulit diantisipasi dan dihadapi. Penyakit itu adalah Gumboro.

Menurutnya program kesehatan seperti vaksinasi sebagaimana disyaratkan telah dilakukan dengan ketat. Oleh karena itu Durrahman mencoba menantang para pemasar vaksin untuk berani memberikan jaminan bebas gangguan selama pemeliharaan, ternyata tidak ada yang berani.

“Apakah ada vaksin (maksudnya: Vaksin Gumboro) yang tangguh menjadi benteng sebenarnya,” ujar Durrahman kepada Infovet mengulangi tantangannya setiap bertemu dengan para tenaga kesehatan lapangan.

Dan, hampir tidak ada yang berani memberikan jaminan, umumnya saran dan nasehat, nyaris seperti nasehat juragannya dahulu waktu di Bogor kepada dirinya dan pekerja kandang agar menjaga kebersihan dan terus melakukan penyemprotan.

Terkadang, lanjut Durrahman, ia mengambil sebuah kesimpulan akhir bahwa penyakit ayam sudah seperti bagian tak terpisahkan dari usaha perunggasan. Sebab atas dasar pengalamannya sebagai anak kandang hampir pasti ada gagguan penyakit dari yang ringan sampai yang ‘ganas’.

Menurutnya belum pernah sekalipun dalam satu periode yang mulus dan lolos dari sergapan penyakit.

Khusus penyakit Gumboro, memang termasuk momok dan membuat pengelola senam jantung. Sebab terkadang, menerjang ketika usia masih belum layak panen, tetapi juga paling sering ketika sudah mendekati usia panen.

“Pertumbuhan dan performans ayam sangat bagus juga harga pasar yang sedang tinggi... eee Gumboro muncul. Seolah seperti terbangun dari tidur ketika sedang mimpi indah.” ujarnya seolah menceritakan harapan yang musnah seketika.

Selama ini Durrahman mengatasi kasus Gumboro ketika usia masih awal atau muda hanya dengan pemberian air gula atau sorbitol dan parasetamol (zat aktif penurun panas) dan semprot kandang secara teruis menerus.

Pengalamannya cara itu memang tidak bisa mengatasi dengan sempurna namun mampu menekan angka kerugian yang mungkin akan jauh lebih besar jika di revaksinasi.

“Pemberian air minum yang mengandung zat manis-manis mampu menekan kematian dan munculnya kerdil sampai 30%. Selama saya menjadi anak kandang cara dan metoda itu setidaknya masih yang terbaik” tuturnya.

Kembali ia bertanya ke Infovet, apakah ada cara lain lagi selain vaksinasi yang ternyata tidak bisa menjamin 80% sakalipun apalagi 100% bisa terbebas dari gangguan penyakit Gumboro.

Bahkan yang paling memprihatinkan jika penyakit ini muncul seolah penyakit lain antri untuk ikut melemahkan ayam, sehingga tidak heran jika para peternak termasuk dirinya begitu traumatis dengan Gumboro.

Meskipun traumatis namun oleh karena kenyataan itu harus dihadapi maka setiap peternak, menurut Durrahman pasti mencoba mencari solusi sendiri atas dasar pengalaman dan improvisasi lapangan.

Seperti caranya selama ini, masih dianggap solusi terbaiknya. Pertanyaannya apakah ada pengalaman peternak lain yang lebih sukses dan mulus menghadapi Gumboro?


Kekebalan Broiler

Untuk menjawab pertanyaan dan kegelisahan peternak ini, kita mesti memahami ihwal kekebalan ternak ayam.

Sama dengan tubuh manusia, tubuh hewan juga rentan dengan gangguan bibit penyakit. Artinya diperlukan juga sistem imun yang kuat untuk menangkal berjangkitnya bibit penyakit pada tubuh ternak tersebut.

“Fungsi sistem imun sangat penting untuk kesehatan ternak terutama ayam broiler yang mempunyai batasan umur pemeliharaan,” Akademisi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau drh Jully Handoko mengatakan.

Dikatakan alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini, tujuan dari pemeliharaan ayam broiler adalah pencapaian berat badan yang optimal dengan penerapan tatalaksana pemeliharaan yang maksimal.

Berat badan ayam broiler yang optimal hanya didapat bila ternak sehat dan tidak ada gangguan bibit penyakit, artinya peternak harus mengesampingkan atau memangkas ancaman bibit penyakit yang akan menggerogoti ayam broiler peliharaannya tersebut.

Jully mengatakan pada kasus Gumboro, pada Gumboro bentuk dini akan merusak sistem kekebalan ayam secara masif. Kerusakan ini tidak akan sembuh kembali, akibatnya akan terjadi imunosupresi yang permanen pada ayam dimaksud. “Dan inilah awal kerugian yang sebenarnya pada peternak ayam broiler,” tegas Jully.

Senada dengan Jully, Drh Budi alumni FKH UGM angkatan 1980 menambahkan, imunosupresi yang dipicu oleh Gumboro juga dapat menyebabkan ayam lebih muda atau rentan terinfeksi oleh pelbagai penyakit lain dan parahnya lagi adalah tidak responnya sistem kebal yang dimiliki ayam terhadap vaksinasi untuk jenis penyakit lainnya.


Bursa Fabrisius

Sistem kebal ayam dan ternak lain merupakan sistem yang sangat komplek. Pada ayam, ada dua organ tubuh yang berhubungan dengan sistem kebal, yakni bursa dan timus.

Bursa sebagian besar berisi sel B yang berperan dalam memproduksi antibodi humoral atau yang bersikulasi, sedang timus sebagian besar berisi sel T dengan fungsi mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi bakteri atau virus, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis dan membantu sel B dalam memproduksi antibodi.

Pada masa embrio, kedua sistem ini diprogramkan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap penyakit, artinya kekebalan yang didapat sebagai akibat pernah menderita penyakit infeksi atau karena inokulasi dengan bahan-bahan penyebab penyakit yang telah diubah bentuknya.

Di samping itu, virus penyakit Gumboro tidak hanya menyerang bursa, yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kemampuan produksi antibodi humoral, tapi juga dapat menyerang timus yang akan menghancurkan kekebalan berperantara sel.

Bila infeksi terjadi sebelum ayam berumur 3 minggu maka kerusakan akibatnya bersifat permanen, sedang bila infeksi terjadi setelah ayam berumur 3 minggu, kerusakan tersebut tampaknya bersifat sementara dan sistem kebal ayam yang sembuh kembali akan berfungsi lagi dalam waktu 2-3 minggu pasca infeksi.


Antibodi Maternal

Lalu bagaimana mengatasi infeksi pada anak ayam, kembali drh Jully Handoko menegaskan bahwa anak ayam telah memperoleh antibodi pasif yang didapat dari induknya melalui kuning telur (antibodi maternal), ini dapat dilakukan dengan cara mengusahakan tingkat antibodi humoral tetap tinggi pada ayam induk atau parent stock.

Hal ini sangat efektif dalam mencegah dan melindungi anak ayam dari infeksi. “Pihak breeder tetap memegang peran penting dalam memangkas munculnya kasus-kasus penyakit akibat imunosupresi,” imbau akademisi Fapertapet UIN Suska ini.

Di samping itu, antibodi maternal tidak hanya melindungi anak ayam terhadap infeksi, tetapi juga akan menghalangi pembentukan antibodi aktif terhadap IBD.

Telah diketahui bahwa waktu paruh antibodi maternal IBD berkisar 3-4 hari, dan ayam yang memiliki antibodi maternal dengan titer yang tinggi, maka tingkat antibodi maternalnya akan berkurang jauh lebih cepat bila dibanding dengan ayam yang mempunyai titer antibodi maternal rendah.


Tindakan Pencegahan

Lalu, apa yang harus dilakukan peternak untuk mencegah infeksi Gumboro penyakit yang menurunkan kekebalan tubuh ayam ini?

Merujuk pada konsep lapang dari pengalaman peternak, drh Budi menuturkan bahwa ada 3 cara tindakan preventif infeksi dini virus Gumboro yang dapat dilakukan peternak yaitu”

1) Mencegah ayam kontak dengan virus Gumboro,
2) Memberi vaksin pada ayam induk sehingga anak ayam memperoleh perlindungan melalui antibodi maternal, dan
3) Memberi vaksin pada anak ayam dengan jenis vaksin Gumboro aktif yang non virulen.

Berulangnya kasus Gumboro di tingkat peternak lebih disebabkan oleh faktor ekonomis. Maksudnya adalah pada ayam broiler seyogyanya vaksinasi Gumboro dilakukan dua kali, namun mengingat biaya yang dikeluarkan peternak cukup tinggi, maka peternak hanya melakukannya sekali selama periode pemeliharaan.

Hal ini berdampak negatif, di mana Gumboro akan menimbulkan serangannya pada saat-saat mendekati panen. “Inilah yang perlu diwaspadai peternak,” tegas Budi yang juga menghimbau, di samping Gumboro, peternak juga mesti tetap waspada terhadap jenis penyakit lain yang juga dapat menurunkan imunitas ayam. Penyakit tersebut adalah CRD dan Koksidiosis.


Eliminir Faktor Pemicu

Sementara itu M Hadie peternak broiler di Panam pinggiran Kota Pekanbaru mengatakan bahwa dalam penanganan Gumboro diperlukan perhatian serius terhadap faktor-faktor pemicu berjangkitnya penyakit tersebut.

Lebih lanjut dikatakannya, faktor kepadatan kandang saat minggu pertama pemeliharaan perlu diperhatikan, hal ini terkait dengan tingkat stres ayam dan ini disinyalir sebagai awal petaka menurunnya daya tahan tubuh ayam dimaksud.

Sedang menurut drh Rondang Nayati MM Kasubdin Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Riau lebih menganjurkan pada keseimbangan gizi makanan yang dikonsumsi ayam baik broiler maupun layer.

Hal ini cukup mendasar, karena bila ayam cukup makanan dengan gizi yang baik maka ayam mampu bertahan dari serangan penyakit. Terkait penggunaan obat-obatan hewan, istri mantan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Riau ini menegaskan harus diberikan secara hati-hati, karena ini menyangkut keamanan konsumen (food safety).


Vaksinasi dan Kekebalan

Kekebalan yang dibentuk oleh tubuh ayam ada dua yaitu kekebalan humoral atau menyeluruh, di mana zat kebal ada dalam aliran darah dan kekebalan lokal dengan zat kebal terdapat pada bagian tubuh yang pernah diserang penyakit.

Demikian Drh Muhammad Firdaus MSi Kasi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Pekanbaru seraya melanjutkan, kekebalan lokal dapat merupakan senjata untuk menghadapi serangan bibit penyakit. Tapi, kemampuannya hanya dapat membunuh bibit penyakit ditempat di mana ada zat kebal, misalnya di saluran pernafasan, maka infeksi tidak terjadi pada saluran pernafasan tersebut.

Sementara, pada bagian tubuh yang lain yang tidak terdapat zat kebal, memungkinkan terpapar bibit penyakit. “Inilah bedanya dengan kekebalan humoral yang dapat menangkis serangan bibit penyakit di lokasi tubuh yang manapun,” jelas alumni pasca sarjana UNRI ini.

Vaksin merupakan mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan virulensinya atau dimatikan dan apabila diberikan pada ternak tidak menimbulkan penyakit melainkan dapat merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya.

Sedang vaksinasi merupakan tindakan memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dan merupakan suatu usaha dengan tujuan melindungi ternak terhadap serangan penyakit tertentu.

Bagi peternak, vaksinasi sudah merupakan kegiatan rutin dalam usaha peternakannya.

Lebih lanjut dipaparkannya bahwa vaksinasi yang dilakukan peternak dengan cara tetes mata, tetes hidung, air minum dan spray akan merangsang badan ayam untuk membentuk kekebalan lokal, sedangkan pelaksanaan vaksinasi dengan injeksi atau suntikan akan merangsang pembentukan kekebalan humoral atau menyeluruh.

Pada anak ayam, aplikasi vaksinasi biasanya dengan cara tetes mata atau tetes hidung, dan kadang-kadang pemberiannya melalui suntikan bila yang jenis vaksinnya inaktif. Vaksinasi melalui air minum tidak bisa dilakukan, karena anak ayam umur 1-4 hari minumnya masih sedikit dan tidak teratur.

Pada ayam dewasa, aplikasi vaksinasi biasanya dengan tetes mata, tetes hidung, air minum dan suntikan. “Hanya melalui suntikan yang dapat memberi jaminan ketepatan dosis vaksin yang diberikan pada ayam,” pungkas Firdaus.

Anda tentu punya penagalaman yang dapat disarikan untuk sebuah langkah sukses mengatasi penyakit kekebalan tubuh ayam ini. Informasi di atas tentu dapat menjadi sebuah bandingan untuk langkah pasti dan semakin pasti!

PEMBUATAN PAKAN BENTUK PELLET

Karakterisasi
Karakterisasi merupakan tahap awal yang selalu digunakan dalam proses pengolahan. Karakterisasi yaitu pengumpulan dan evaluasi terhadap informasi yang dimiliki bahan meliputi:
sifat fisik, kimia dan biologis
Fungsi bahan secara biologis dan social
Nilai ekonomi bahan (harga dan kompetisi)
Ketersediaan (produksi dan kelangkaan)

Seleksi
Seleksi adalah mempertimbangkan apa yang dimiliki dan apa yang dikehendaki. Seleksi ini dimulai dari informasi yang didapatkan dari karakterisasi merumuskan tujuan pengolahan bahan pakan, kemudian analisis dari bahan pakan dilihat dari segi positif dan negatif dari penggunaannya. Setelah dilkukakan seleksi maka akan dihasilkan bahan-bahan pilihan

Receiving
Pengadaan bahan pakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan pakan adalah:
Bahan baku yang dibeli berkualitas bagus yang telah dilengkapi dengan hasil analisis laboratorium
Daerah untuk penerimaan dan pembongkaran bahan baku harus bersih dan drainase yang baik
Transportasi yang akan digunakan untuk mengangkut bahan baku harus diperiksa keadaan fisik dan kebersihannya. Kendaraan untuk mengangkut ternak tidak digunakan untuk mengangkut pakan.

Pengelolaan bahan pakan
Pengambilan sampel bahan pakan dilakukan pada saat awal, pertengahan dan di akhir pemuatan dan diambil pada 5 tempat pada kemasan material yaitu 4 sudut dan bagian tengah. Pengambilan sampel ini diambil dengan arah diagonal. Apabila bahan baku berupa cairan pengambilan sampel dapat dilakukan setelah bahan cair tersebut didiamkan 5 menit.
Semua sampel harus diletakkan pada peti yang besar kemudian dicampur dan sebanyak ¼ sampai dengan ½ kg diletakkan pada temapat tertentu untuk identifikasi. Identifikasi yang dilakukan adalah tanggal, nomor kendaraan, bahan baku, jumlah penerimaan, nama pemasok dan nama pengambil sample.
Semua sample dan produk harus dijaga dari kerusakan yang disebabkan oleh tikus, serangga, kelembaban dan jamur. Pencegahannya dapat ditempatkan di dalam freezer.
Penyimpanan bahan pakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan pakan adalah:
Tempat penyimpan pakan harus bersih dan kering
Tipe penyimpan pakan harus mudah mengalirkan pakan dengan sudut kemiringan kurang lebih 260
Tempat penyimpan pakan/bin harus sering dibersihkan. Hal ini untuk menghindari pencemaran pakan. Pakan yang menempel pada bagian yang tidak terjangkau akan tertinggal di dalam bin untuk beberapa saat lamanya dan kemungkinan akan keluar sedikit demi sedikit terbawa oleh aliran bahan pakan berikutnya

Material Processing
Berdasarkan sifat, fungsi dan tujuannya pengolahan bahan pakan terdiri atas:
Proses Fisik
Proses fisik yang dilakukan antara lain:
  • Proses thermal
Proses thermal yaitu proses pengubahan secara fisik bahan pakan dengan suhu dan dilakukan dengan melihat sifat kimiawi dari bahan pakan tersebut. Tujuannya adalah untuk menghilangkan komponen antinutrisi, meningkatkan kecernaan dan meningkatkan palatabilitas. Proses thermal dapat dilakukan secara basah atau kering. Kerugian dari proses thermal adalah non-enzymatic browning reaction untuk bahan tertentu.
  • Proses perubahan bentuk
Proses perubahan bentuk dilakukan untuk mengurangi reduksi ukuran bahan pakan sehingga lebih mudah dalam proses lanjutan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan homogenitas, densitas dan memperluas permukaan bahan pakan. Proses perubahan bentuk ini antara lain dengan cara grinding (penggilingan), rolling (penghancuran), cracking (pemecahan) atau dengan cutting (pemotongan). Proses reduksi ukuran bahan pakan ini tergantung dari sifat fisik bahan pakan itu sendiri.
  • Perubahan densitas
Perubahan densitas yaitu proses pengubahan tingkat kepadatan dari bahan pakan yang nantinya akan lebih mempermudah dalam proses lanjutan produk intermediet maupun penggunaan produk
  • Pewarnaan
Pewarnaan dilakukan untuk meningkatkan nilai kompetitif dari produk. Pewarna yang digunakan biasanya pewarna alami yang dibuat dari tumbuhan seperti carotene dan cucurmin, juga yang paling banyak adalah pewarna sintetik baik yang berasal dari bahan organic maupun anorganik. Selain itu perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zat pewarna tersebut. Di satu sisi pewarna akan lebih memberikan nilai lebih dari segi tampilan produk namun bila ditinjau dari segi toksisitas, zat pewarna akn mempengaruhi nutrient yang ada dalam bahan pakan.
Proses Kimiawi
Fortifikasi : Penambahan/pengayaan suatu bahan atau zat tambahan
pada suatu produk untuk meningkatkan kualitas produk
tersebut
Coating : Pelapisan komponen nutrisi sehingga tidak terdegradsi
dalam proses digesti
Hidrolisis : Pemecahan struktur dengan zat kimia (asam dan alkali),
dimaksudkan memberikan kemudahan pada aspek digesti
Proses Biologis
Kultur/budidaya : Pemanfaatan/peningkatan nilai ekonomi dan social suatu bahan dengan proses biologis (Kultur sel, Protein Sel Tunggal)
Dekomposisi : Perubahan bentuk fisik/komposisi nutrisi bahan
Fermentasi dengan bantuan aktivitas MO
Proses Gabungan
Proses ini merupakan gabungan diantara ketiga proses diatas, baik fisik-biologis, fisika-kimiawi atau biologi-kimiawi.

Mixing
Sebelum memasuki tahap mixing, bahan pakan yang digunakan harus melalui proses grinding. Proses grinding ada dua macam yaitu:

Pregrind
Pada sistem pregrind, semua bahan baku kasar yang harus dihaluskan akan masing-masing menjalani proses grinding untuk kemudian ke tahap mixing. Kelemahan dari pregrind yaitu kurangnya homogenitas bahan pakan yang dicampur.

Postgrind
Pada sistem postgrind, hasil mixing akan disalurkan ke hammer mill untuk proses grinding yang kedua kalinya. Dengan cara ini akan diperoleh hasil pakan yang sangat halus dan kualitas pellet yang jauh lebih baik. Sistem post grinding cocok untuk feed mill dimana persentase pakan butiran sangat dominant.

Proses mixing
Pada proses mixing yang perlu diperhatikan adalah:
1. Proporsi bahan dan penimbangan
Proporsi bahan harus sesuai dengan imbangan nutrient yang terkandung dalam pakan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi terutama untuk bahan-bahan dengan jumlah kecil seperti vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu pertumbuhan, dll.
2. Alat
Mixer vertical
Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang kasar. Mixer tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah kebawah dan keatas.
Mixer horizontal
Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang cair dan halus. Mixer tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah samping.
Mixer tabung
Digunakan untuk menggiling campuran bahan pakan kasar, halus dan cair. Mixer ini mencampur bahan dengan arah rotasi
Yang perlu diperhatikan dalam tahap mixing adalah untuk bahan-bahan yang penggunaannya dalam jumlah yang kecil ditambahkan pada bagian terakhir dari mixing.

Proses Pembuatan Pelet
Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap yaitu:
Pengolahan Pendahuluan
Ditujukan untuk pemecahan dan pemisahan bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan.
Pembuatan pellet terdiri atas proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan.
Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan
Pada proses pembuatan pellet terdapat proses kondisioning dimana campuran bahan pakan dipanaskan dengan air dengan tujuan untuk gelatinisasi. Tujuan gelatinisasi yaitu agar terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Gelatinisasi merupakan rangkaian proses yang dimulai dari imbibisi air, pembengkakan granula sampai granula pecah. Pecahnya granula pati disebabkan karena pemanasan melebihi batas pengembangan granula.
Penguapan dalam proses pembuatan pakan berbentuk pellet bertujuan :
Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit.
Menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat.
Pakan menjadi lunak, sehingga apabila diberikan pada ternak ayam maka akan lebih mudah mencernanya. Menciptakan aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ayam.
Penguapan dilakukan dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila pencampuran dilakukan dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan diatas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 800C. Penguapan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Beberapa mesin cetak pellet berkapasitas sedang dan besar mempunyai fasilitas penguapan ini. Jadi, penguapan atau steaming tidak dilakukan pada saat pencampuran, tetapi pada saat pencetakan.

Pencetakan
Setelah semua bahan baku tercampur secara homogen, langkah selanjutnya adalah mencetak campuran tadi menjadi bentuk pellet. Banyak jenis mesin yang dapat digunakan, mulai mesin sederhana hingga mesin yang biasa digunakan pada industri pakan. Mesin pencetakan sederhana bisa merupakan hasil modifikasi gillingan daging yang diberi penggerak berupa motor listrik atau motor bakar.
Perbedaan mendasar antara mesin pencetak pellet sederhana dan mesin pencetak pellet yang digunakan di industri pakan terletak pada sistem kerja mesin tersebut. Sistem kerja mesin cetak sederhana adalah dengan mendorong bahan pakan campuran didalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang-lubang berdiameter 2-3 mm, sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet.
Kelemahan sistem ini adalah diperlukan tambahan air sebanyak 10-20% kedalam campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Disamping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.

Pengeringan
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam pakan menjadi kurang dari 14%. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, cukup dikering-anginkan sajahingga uap panasnya hilang, sehingga pellet menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepung.
Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran dibawah terik matahari atau menggunakan mesin. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Penjemuran secara alami tentu sangat tergantung kepada cuaca, higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan sampai tercemar debu, kotoran dan gangguan hewan atau unggas yang dikhawatirkan akan membawa bibit penyakit. Mesin pengering yang umum digunakan sangat beragam, diantaranya oven pengering.
Dalam oven pengering, pellet basah disimpan dalam baki dan oven dipanaskan dengan bantuan kompor minyak tanah, batu bara atau bahan bakar lainnya. Penyimpanan pellet dalam baki tidak boleh terlalu tebal, supaya dihasilkan pengeringan yang merata dan harus sering dibalik supaya tidak gosong. Yang perlu diperhatikan apabila menggunakan alat pengering adalah suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 800 C. Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi akan merusak kandungan nutrisi pakan, serta membuat pakan menjadi terlalu keras.

Packaging/Pengemasan
Fungsi pengemasan adalah melindungi pakan jadi dari cahaya dan embun serta zat pancemar lingkungan lain. Tujuan pengemasan yaitu:
Mencegah kerusakan
Memudahkan dalam penanganan
Menghindari kontaminasi
Nilai estetika
Yang perlu diperhatikan dalam pengemasan yaitu:
Bahan pengemas harus memperhatikan sifat fisika, kimia dan biologi bahan yang akan dikemas
Derivat polistiren dan polietilen lebih banyak digunakan sebagai bahan pengemas karena tidak mudah dicerna mikroorganisme, kuat dan ringan
Daya tahan suhu bahan pengemas
Tidak mengandung logam beracun

Labelling
Pemberian label pada kemasan perlu dilakukan untuk memberitahukan petani mengenai identitas pabrik dan jenis pakan. Label juga menjelaskan isi dari kantong kemasan. Jika pakan dibubuhi obat, peringatan harus jelas tercantum bersama dengan aturan pakai untuk jenis ternak yang menjadi komoditas dari pakan tersebut.

Warehousing (Pergudangan)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dalam gudang yaitu:
Kadar air tidak lebih dari 14%
Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak terjadi kontak langsung dengan udara
Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung
Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai
Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)

Menjaga kualitas Pelet
Menjaga kualitas pellet dapat kita lakukan dari beberapa segi yaitu:
Bahan Baku
Untuk membuat pakan yang bermutu diperlukan bahan baku yang berkualitas baik. Contohnya jagung kuning, kadar airnya tidak boleh berlebih karena jagung seperti ini kandungan nutrisinya akan menyimpang jauh dari nilai standar. Di samping itu, proses penggilingan menjadi bentuk tepung akan sulit dilakukan. Jagung yang terlalu lama disimpan tanpa ada upaya pengawetan tidak boleh digunakan karena kandungan nutrisinya akan menurun atau bahkan akan menghilang selama penyimpanan tersebut. Begitu juga bahan baku lainnya, seperti bungkil kelapa. Untuk bahan ini, jangan gunakan bahan yang telah tengik karena nutrisinya telah rusak. Apalagi menggunakan bahan baku yang telah berjamur, sangat tidak dianjurkan. Bahan demikian akan menimbulkan racun yang membahayakan ternak. Apabila penyimpanan bahan baku tidak sempurna, dapat dipastikan pakan yang dihasilakan akan berkualitas jelek. Karena itu, penyiapan bahan baku merupakan awal dari keberhasilan pembuatan pakan.

Formula pakan yang baik
Formula yang dibuat harus seimbang dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan tidak berlebih atau kurang. Perlu dicermati apabila terjadi kesalahan pada penyusunan formula maka akan dapat mempengaruhi kualitas pellet dan itu juga akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh ternak yang mengkonsumsinya.

Proses Pembuatan pellet
Yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan pellet adalah pada saat proses conditioning. Efek samping yang ditimbulkan oleh proses conditioning yaitu menguapnya asam lemak rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin dan terjadinya reaksi “Maillard” yaitu polimerisasi gula pereduksi dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna coklat, prose ini terjadi karena adanya pemanasan. Warna coklat ini akan menurunkan kualitas pellet dari segi penampakan warna pellet. Antisipasi untuk mengatasi hal ini adalah:
Kualitas uap yang dihasilkan oleh steam boiler
Uap yang dihasilkan harus kering dan tidak mengandung uap air ketika masuk pada conditioner. Untuk pakan ruminansia dan pakan yang berserat tekanan uapnya berkisar 4 Bar dan 1 sampai 2 Bar untuk jenis pakan yang mengandung pati.
Percepatan uap air yang masuk dalam conditioner
Penempatan pipa uap airyang masuk ke dalam conditioner
volume bahan pakan yang ada dalam conditioner
Proses pembuatan pellet yang sempurna akan menghasilkan pellet dengan kualitas yang baik.
Bentuk fisik pellet yang baik:
1. Hardness (tingkat kekerasan )
Pellet yang baik mempunyai tingkat kekerasan yang sedang. Pellet tidak boleh terlampau keras atau terlalu lunak.
2. Durabilitas
Durabilitas yaitu kemampuan dari pellet untuk mempertahankan bentuknya dari penanganan atau pada saat pengiriman. Pellet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak-retak dan tidak berdebu.
3. Appearance (penampilan)
Pellet yang baik mempunyai ukuran yang agak panjang dan seragam, bentuk rupanya baik dan kompak serta tidak ditumbuhi oleh jamur.
Proses penyimpanan pellet
Pellet yang telah dikemas dijaga supaya tidak terjadi kerusakan selama penyimpanan. Untuk itu, Perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Kadar air tidak lebih dari 14%
Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak terjadi kontak langsung dengan udara
Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung
Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai
Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)
Dengan melihat hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pellet yang baik dimulai dari langkah awal pembuatan pellet yaitu pengadaan bahan baku hingga langkah akhir yaitu penyimpanan. Dengan menjaga kualitas pada setiap step pembuatan pellet.
Daftar PustakaPujoningsih, R. I. 2004. Teknologi Pengolahan Konsentrat. Fapet UNDIP
*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)
1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro Semarang tahun 2007
2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006